Minggu, 11 November 2012

KONSEP DASAR KB DAN JENIS-JENIS KONTRASEPSI

PEMBAHASAN
A.    Pengertian Keluarga Berencana (KB)
Menurut Entjang (Ritonga, 2003 : 87) Keluarga Berencana (KB) adalah suatu upaya manusia untuk mengatur secara sengaja kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan hukum dan moral Pancasila untuk kesejahteraan keluarga.
Menurut WHO (Expert Committe, 1970), KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga Berencana adalah metode medis yang dicanangkan oleh pemerintah untuk menurunkan angka kelahiran (Manuaba, 1998)
KB merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual (Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2003)
Kelurga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, Rustam, 1998 : 155).
Keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2004:472).
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum, 2008).
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkanb kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi (Suratun, 2008).
Jadi, KB (Family Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi, untuk mewujudakan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
B.    Tujuan KB
Tujuan umum
1.    Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.    Mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadu dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia
Tujuan khusus
1.    Pengaturan kelahiran
2.    Pendewasaan usia perkawinan
3.    Peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
4.    Mencegah kehamilan karena alasan pribadi
5.    Menjarangkan kehamilan
6.    Membatasai jumlah anak
 Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi :
1.    Keluarga dengan anak ideal
2.    Keluarga sehat
3.    Keluarga berpendidikan
4.    Keluarga sejahtera
5.    Keluarga berketahanan
6.    Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7.    Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS)
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
Menurut WHO (2003) tujuan KB terdiri dari :
Menunda / mencegah kehamilan. Menunda kehamilan bagi PUS (Pasangan Usia Subur) dengan usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda / mencegah kehamilan :
1.    Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan.
2.    Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda.
3.    Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga mempunyai kegagalan tinggi.
4.    Penggunaan IUD (Intra Uterine Divice) bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra indikasi terhadap pil oral.

Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:
a.    Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita (Hanafi, 2002). Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus (1766-1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung.
b.    Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
c.    Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.
d.    Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.
e.    Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi (Suratun, 2008).
C.    Manfaat KB
Manfaat KB Bagi Ibu :   
   1. Perbaikan kesehatan
   2. Peningkatan kesehatan
   3. Waktu yang cukup untuk mengasuh anak
   4. Waktu yang cukup untuk istirahat
   5. Menikmati waktu luang
   6. Dapat melakukan kegiatan lain

Manfaat KB Bagi anak :  
1.    Dapat tumbuh dengan wajar dan sehat
2.    Memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup
3.    Perencanaan kesempatan pendidikan lebih baik

Manfaat Untuk Keluarga:
1.    Meningkatkan kesejahteraan keluarga
2.    Harmonisasi keluarga lebih terjaga


D.    Kontrasepsi Alamiah
1.    Kalender (Pantang Berkala)
Pengertian
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.
Gambar metode kalender


Manfaat
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi.
Manfaat kontrasepsi
Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.
Manfaat konsepsi
Dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil.
Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai berikut:
1.    Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
2.    Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
3.    Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
4.    Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5.    Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
6.    Tidak memerlukan biaya.
7.    Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Keterbatasan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
1.    Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
2.    Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
3.    Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
4.    Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
5.    Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
6.    Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
7.    Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun.

Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif
Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:
1.    Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
2.    Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi, diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
3.    Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
4.    Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.
5.    Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.
Penerapan
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:
1.    Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).
2.    Fertility phase (masa subur).
3.    Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).

Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah dicatat.
Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan kontrasepsi.
Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.

Rumus :
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
2.    Coitus interuptus (Senggama Terputus)
Pengertian
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan penis dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.
Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga kehamilan dapat dicegah.
Manfaat Kontrasepsi
Efektif bila digunakan dengan benar
1.    Tidak mengganggu produksi ASI •
2.    Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya
3.    Tidak Ada efek samping •
4.    Dapat digunakan setiap waktu
5.    Tidak membutuhkan biaya Non Kontrasepsi
6.    Meningkatkan keterlibatan pria dalam keluarga berencana
7.    Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam.
Keterbatasan
Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4 – 18 kehamilan per 100 perempuan per tahun). Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.
Senggama terputus cocok untuk :
1.    Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana
2.    Pasangan yang tidak ingin memakai metode KB lainnya
3.    Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
4.    Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode yang lainnya
5.    Pasangan yang memerlukan metode pendukung
6.    Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.

dan tidak Cocok untuk :
1.    Pria dengan pengalaman ejakulasi dini
2.    Pria yang sulit melakukan sanggama terputus
3.    Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis •
4.    Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama
5.    Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
6.    Pasangan yang tidak bersedia melakukan sanggama terputus.

Hal-hal yang perlu di perhatikan ketika melakukan senggama terputus
Meningkatkan kerja sama dan membangun saling pengertian sebelum melakukan hubungan seksual dan pasangan harus mendiskusikan dan menyepakati penggunaan metode sanggama terputus.
Sebelum berhubungan pria terlebih dahulu mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya. Apabila merasa akan ejakulasi, pria segera mengeluarkan penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina. Pastikan pria tidak terlambat melaksanakannya. Hubungan seks dengan senggama terputus tidak dianjurkan dilakukan pada masa subur wanita.
Cara Coitus Interuptus
1.    Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling membangun kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya harus mendiskusikan dan sepakat untuk menggunakan metode senggama terputus.
2.    Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.
3.    Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina.
4.    Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
5.    Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.
6.    Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.
3.    Lendir servic
Metode lendir servic atau ovulasi billings  ini dikembangkan oleh Drs. John, Evelyn Billings dan Fr Maurice Catarinich di Melbourne, Australia dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Metode ini tidak menggunakan obat atau alat, sehingga dapat diterima oleh pasangan taat agama dan budaya yang berpantang dengan kontrasepsi  modern.
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.
Esensi Metode Mukosa Serviks
Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas biosintesis sel sekretori serviks dan mengandung tiga komponen penting yaitu:
1.    Molekul lendir.
2.    Air.
3.    Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein, enzim, dll).

Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi juga oleh sel-sel vagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang mampu berperan terhadap adanya lendir pada masa subur/ovulasi.

Ovulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari ovarium/indung telur. Pada saat menjelang ovulasi, lendir leher rahim akan mengalir dari vagina bila wanita sedang berdiri atau berjalan. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di setiap siklus dan sel telur akan hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir pada masa subur berperan menjaga kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari.
Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan:
1.    Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.
2.    Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.

Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini akan menunjukkan pola kesuburan dan pola ketidaksuburan.
Pola Subur adalah pola yang terus berubah, sedangkan Pola Dasar Tidak Subur adalah pola yang sama sekali tidak berubah. Kedua pola ini mengikuti hormon yang mengontrol kelangsungan hidup sperma dan konsepsi/pembuahan. Dengan demikian akan memberikan informasi yang bisa diandalkan untuk mendapatkan atau menunda kehamilan.

Manfaat
Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi wanita yang menginginkan kehamilan.

Efektifitas
Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat, pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan lendir serviks, serta motivasi dan kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya. Angka kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan per tahun. Teori lain juga mengatakan, apabila petunjuk metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini digunakan dengan benar maka keberhasilan dalam mencegah kehamilan 99 persen.

Kelebihan
Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:

   1. Mudah digunakan.
   2. Tidak memerlukan biaya.
   3. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang mengamati tanda-tanda kesuburan.

Keterbatasan
Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks ini memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain:
1.    Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
2.    Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya.
3.    Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda kesuburan.
4.    Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.

Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks
Pola lendir serviks pada wanita dapat dipengaruhi oleh:
1.    Menyusui.
2.    Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
3.    Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat reproduksi.
4.    Perimenopause.
5.    Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
6.    Spermisida.
7.    Infeksi penyakit menular seksual.
8.    Terkena vaginitis.
Instruksi Kepada Pengguna/Klien
Petunjuk bagi pengguna metode ovulasi adalah sebagai berikut:
1.    Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada malam harinya.
2.    Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina.
3.    Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola dasar ketidaksuburan.
4.    Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling tidak selama satu siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis lendir normal atau pola kesuburan maupun pola dasar tidak subur.
5.    Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi, senggama tergolong aman pada dua hari setelah menstruasi.
6.    Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (pantang bersenggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket menunjukkan masa tidak subur.
7.    Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin dan elastis. Ini merupakan hari puncak dalam periode subur (fase paling subur).
8.    Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak subur. Hal ini untuk menghindari terjadinya pembuahan.
9.    Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari setelah puncak hari subur sehingga senggama dapat dilakukan hingga datang haid berikutnya.
Contoh Kode yang Dipakai untuk Mencatat Kesuburan
Pakai tanda * atau merah untuk menandakan perdarahan (haid).
Pakai huruf K atau hijau untuk menandakan perasaan kering.
Gambar suatu tanda L dalam lingkaran atau biarkan kosong untuk memperlihatkan lendir subur yang basah, jernih, licin dan mulur.
Pakai huruf L atau warna kuning untuk memperlihatkan lendir tak subur yang kental, putih, keruh dan lengket.
4.    Suhu basal

Pengertian
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat  atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
Tujuan
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi. Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh, kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.


Manfaat
Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat sebagai konsepsi maupun kontrasepsi.
a.    Manfaat konsepsi
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan kehamilan.
b.    Manfaat kontrasepsi
c.    Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan menghindari atau mencegah kehamilan.
Efektifitas
Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat keefektian metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih efektif apabila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida ataupun metode kalender atau pantang berkala (calender method or periodic abstinence).
Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh
Adapun faktor yang mempengaruhi keandalan metode suhu basal tubuh antara lain:
1.    Penyakit
2.    Gangguan tidur.
3.    Merokok dan atau minum alkohol.
4.    Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.
5.    Stres.
6.    Penggunaan selimut elektrik.

Keuntungan
Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain:
1.    Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa subur/ovulasi.
2.    Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa subur/ovulasi.
3.    Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk hamil.
4.    Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
5.    Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.

Keterbatasan
Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai berikut:
1.    Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
2.    Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
3.    Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
4.    Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
5.    Tidak mendeteksi awal masa subur.
6.    Membutuhkan masa pantang yang lama.

Petunjuk Bagi Pengguna Metode Suhu Basal Tubuh
Aturan perubahan suhu/temperatur adalah sebagai berikut:
1.    Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari tempat tidur).
2.    Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
3.    Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal dan rendah” dalam pola tertentu tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya.
4.    Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
5.    Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis suhu.
6.    Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh berada di atas garis pelindung/suhu basal.
7.    Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode masa tak subur).
8.    Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh labih panjang dari metode ovulasi billings.
9.    Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.

Catatan:
1.    Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line) selama perhitungan 3 hari. Kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung sebelum memulai senggama.
2.    Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak meneruskan pengukuran suhu tubuh dan melakukan senggama hingga akhir siklus haid dan kemudian kembali mencatat grafik suhu basal siklus berikutnya.
Contoh. Pencatatan pengukuran suhu basal tubuh



E.    Kontrasepsi Tidak Efektif
1.    Kondom

Pengertian Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm.

Jenis Kondom
Ada beberapa jenis kondom, diantaranya:

   1. Kondom biasa.
   2. Kondom berkontur (bergerigi).
   3. Kondom beraroma.
   4. Kondom tidak beraroma.

Kondom untuk pria sudah lazim dikenal, meskipun kondom wanita sudah ada namun belum populer.

Cara Kerja Kondom
Alat kontrasepsi kondom mempunyai cara kerja sebagai berikut:

   1. Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita.
   2. Sebagai alat kontrasepsi.
   3. Sebagai pelindung terhadap infeksi atau tranmisi mikro organisme penyebab PMS.

Efektifitas Kondom
Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar setiap kali berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten membuat tidak efektif. Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.

Manfaat Kondom
Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat secara kontrasepsi dan non kontrasepsi.

Manfaat kondom secara kontrasepsi antara lain:

   1. Efektif bila pemakaian benar.
   2. Tidak mengganggu produksi ASI.
   3. Tidak mengganggu kesehatan klien.
   4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
   5. Murah dan tersedia di berbagai tempat.
   6. Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus.
   7. Metode kontrasepsi sementara

Manfaat kondom secara non kontrasepsi antara lain:

   1. Peran serta suami untuk ber-KB.
   2. Mencegah penularan PMS.
   3. Mencegah ejakulasi dini.
   4. Mengurangi insidensi kanker serviks.
   5. Adanya interaksi sesama pasangan.
   6. Mencegah imuno infertilitas.

Keterbatasan Kondom
Alat kontrasepsi metode barier kondom ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:

   1. Efektifitas tidak terlalu tinggi.
   2. Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom yang benar.
   3. Adanya pengurangan sensitifitas pada penis.
   4. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
   5. Perasaan malu membeli di tempat umum.
   6. Masalah pembuangan kondom bekas pakai.

Penilaian Klien
Klien atau akseptor kontrasepsi kondom ini tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna alat kontrasepsi ini adalah:
Kondom
Baik digunakan    Tidak baik digunakan
Ingin berpartisipasi dalam program KB
Mempunyai pasangan yang beresiko tinggi apabila terjadi kehamilan

Ingin segera mendapatkan kontrasepsi
Alergi terhadap bahan dasar kondom

Ingin kontrasepsi sementara
Menginginkan kontrasepsi jangka panjang

Ingin kontrasepsi tambahan
Tidak mau terganggu dalam persiapan untuk melakukan hubungan seksual

Hanya ingin menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan
Tidak peduli dengan berbagai persyaratan kontrasepsi

Beresiko tinggi tertular/menularkan PMS   


Kunjungan Ulang
Saat klien datang pada kunjungan ulang harus ditanyakan ada masalah dalam penggunaan kondom dan kepuasan dalam menggunakannya. Apabila masalah timbul karena kekurangtahuan dalam penggunaan, maka sebaiknya informasikan kembali kepada klien dan pasangannya. Apabila masalah yang timbul dikarenakan ketidaknyamanan dalam pemakaian, maka berikan dan anjurkan untuk memilih metode kontrasepsi lainnya.

Penanganan Efek Samping
Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi kondom.
Efek samping atau masalah    Penanganan
Kondom rusak atau bocor sebelum pemakaian    Buang dan pakai kondom yang baru atau gunakan spermisida

Kondom bocor saat berhubungan
Pertimbangkan pemberian Morning After Pil

Adanya reaksi alergi
Berikan kondom jenis alami atau ganti metode kontrasepsi lain

Mengurangi kenikmatan berhubungan seksual
Gunakan kondom yang lebih tipis atau ganti metode kontrasepsi lain



2.    Krim jelly
Spermisida merupakan alat kontrasepsi sederhana yang mengandung zat  kimia untuk membunuh sperma, dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual untuk mencegah kehamilan. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida dapat digunakan sendiri. Namun demikian, akan jauh lebih efektif bila dikombinasikan dengan alat kontrasepsi lain seperti kondom, diafragma, cervical caps ataupun spons. Bentuk spermisida bermacam-macam, antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli, vaginal contraceptive film/tissue, maupun suppositoria.
Contraceptive Technology menyatakan bahwa angka kegagalan dari alat kontrasepsi spermisida ini 18 persen per tahun apabila digunakan dengan benar dan konsisten dan 29 persen apabila digunakan tidak sesuai petunjuk dan kurang berkesinambungan.

Petunjuk Umum
1.    Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar sebelum melakukan hubungan seksual.
2.    Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau krim) dan insersi spermisida.
3.    Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan hubungan seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan waktu tunggu karena langsung larut dan bekerja aktif.
4.    Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun penyimpanan dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke dalam aplikator).
5.    Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum terjadi senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang kali.
6.    Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup secara keseluruhan.

Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai dengan bentuknya:

Aerosol (busa)
Cara pemakaian:
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit. Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk mengisi busa. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan posisi berbaring. Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali pendorong karena busa dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi. Spermisida aerosol (busa) dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari satu jam sebelum melakukan hubungan seksual.

Krim dan Jeli

Cara pemakaian:
Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan aplikator dan atau mengoles di atas penis. Krim atau jeli biasanya digunakan dengan diafragma atau kap serviks, atau dapat juga digunakan bersama kondom. Masukkan spermisida 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual. Isi aplikator dengan krim atau jeli. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks. Pegang aplikator dan dorong sampai krim atau jeli keluar. Kemudian tarik aplikator keluar dari vagina. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan.

Cara memasukkan spermisida bentuk busa, krim atau jeli dengan inserter. Gambar cara memasukkan spermisida bentuk busa krim atau jeli dengan inserter

3.    Tisu KB

Cara pemakaian:
Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa kotak-kotak tipis yang larut dalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat film menjadi dua dan kemudian letakkan di ujung jari. Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan dorong film ke dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang kering dan cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina, akan membantu penempelan dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar 15 menit agar film larut dan bekerja efektif.

4.    Spermisida
Spermisida merupakan alat kontrasepsi sederhana yang mengandung zat  kimia untuk membunuh sperma, dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual untuk mencegah kehamilan. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida dapat digunakan sendiri. Namun demikian, akan jauh lebih efektif bila dikombinasikan dengan alat kontrasepsi lain seperti kondom, diafragma, cervical caps ataupun spons. Bentuk spermisida bermacam-macam, antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli, vaginal contraceptive film/tissue, maupun suppositoria.
Contraceptive Technology menyatakan bahwa angka kegagalan dari alat kontrasepsi spermisida ini 18 persen per tahun apabila digunakan dengan benar dan konsisten dan 29 persen apabila digunakan tidak sesuai petunjuk dan kurang berkesinambungan.

Petunjuk Umum
1.    Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar sebelum melakukan hubungan seksual.
2.    Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau krim) dan insersi spermisida.
3.    Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan hubungan seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan waktu tunggu karena langsung larut dan bekerja aktif.
4.    Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun penyimpanan dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke dalam aplikator).
5.    Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum terjadi senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang kali.
6.    Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup secara keseluruhan.

Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai dengan bentuknya:
Aerosol (busa)

Cara pemakaian:
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit. Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk mengisi busa. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan posisi berbaring. Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali pendorong karena busa dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi. Spermisida aerosol (busa) dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari satu jam sebelum melakukan hubungan seksual.
5.    Patch
Kontrasepsi Patch dirancang untuk melepaskan 20µg ethinyl estradiol dan 150 µg norelgestromin. Mencegah kehamilan dengan cara yang sama seperti kontrasepsi oral (pil). Digunakan selama 3 minggu, dan 1 minggu bebas patch untuk siklus menstruasi.
Penggunaan kontrasepsi ini memang dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan meminimalkan efek samping seperti mual dan muntah. Sedangkan untuk efek sampingnya serupa dengan penggunaan kontrasepsi oral dan juga dapat menyebabkan iritasi kulit.
Metode kontrasepsi ini bekerja melalui penghantaran hormon melalui kulit ke aliran darah sehingga tidak efektif digunakan oleh wanita yang memiliki berat badan di atas 70 kg. Selain itu, sepengetahuan kami, hingga kini, metode kontrasepsi ini belum tersedia di Indonesia.

 

F.    Kontrasepsi Efektif
1.    Pil KB

Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegah kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur. Minum pil dapat dimulai segera sesudah terjadinya keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu yang tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui) dan disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan yang lain.

Pil dapat digunakan untuk menghindari kehamilan pertama atau menjarangkan waktu kehamilan-kehamilan berikutnya sesuai dengan keinginan wanita. Berdasarkan atas bukti-bukti yang ada dewasa ini, pil itu dapat diminum secara aman selama bertahun-tahun. Tetapi, bagi wanita-wanita yang telah mempunyai anak yang cukup dan pasti tidak lagi menginginkan kehamilan selanjutnya, cara-cara jangka panjang lainnya seperti spiral atau sterilisasi, hendaknya juga dipertimbangkan. Akan tetapi, ada pula keuntungan bagi penggunaan jangka panjang pil pencegah kehamilan. Misalnya, beberapa wanita tertentu merasa dirinya secara fisik lebih baik dengan menggunakan pil daripada tidak. Atau mungkin menginginkan perlindungan yang paling efektif terhadap kemungkinan hamil tanpa pembedahan. Kondisi-kondisi ini merupakan alasan-alasan yang paling baik untuk menggunakan pil itu secara jangka panjang.

Jenis-jenis Pil
1.    Pil gabungan atau kombinasi
Tiap pil mengandung dua hormon sintetis, yaitu hormon estrogen dan progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara kerja kedua hormon yang mencegah kehamilan, dan hampir 100% efektif bila diminum secara teratur.
2.    Pil berturutan
Dalam bungkusan pil-pil ini, hanya estrogen yang disediakan selama 14—15 hari pertama dari siklus menstruasi, diikuti oleh 5—6 hari pil gabungan antara estrogen dan progestin pada sisa siklusnya. Ketepatgunaan dari pil berturutan ini hanya sedikit lebih rendah daripada pil gabungan, berkisar antara 98—99%. Kelalaian minum 1 atau 2 pil berturutan pada awal siklus akan dapat mengakibatkan terjadinya pelepasan telur sehingga terjadi kehamilan. Karena pil berturutan dalam mencegah kehamilan hanya bersandar kepada estrogen maka dosis estrogen harus lebih besar dengan kemungkinan risiko yang lebih besar pula sehubungan dengan efek-efek sampingan yang ditimbulkan oleh estrogen.
3.    Pil khusus – Progestin (pil mini)
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki sifat pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari leher rahim (merubah sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit pengangkutan sperma. Selain itu, juga mengubah lingkungan endometrium (lapisan dalam rahim) sehingga menghambat perletakan telur yang telah dibuahi.

Kontra indikasi Pemakaian Pil
Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita hepatitis, radang pembuluh darah, kanker payudara atau kanker kandungan, hipertensi, gangguan jantung, varises, perdarahan abnormal melalui vagina, kencing manis, pembesaran kelenjar gondok (struma), penderita sesak napas, eksim, dan migraine (sakit kepala yang berat pada sebelah kepala).

Efek Samping Pemakaian Pil
Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping berupa perdarahan di luar haid, rasa mual, bercak hitam di pipi (hiperpigmentasi), jerawat, penyakit jamur pada liang vagina (candidiasis), nyeri kepala, dan penambahan berat badan.

2.    Suntik KB

Definisi
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman.Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk memastikan kecocokannya. Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil. Umumnya pemakai suntikan KB mempunyai persyaratan sama dengan pemakai pil, begitu pula bagi orang yang tidak boleh memakai suntikan KB, termasuk penggunaan cara KB hormonal selama maksimal 5 tahun.
Jenis KB suntik
Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain:
a.    Suntikan / bulan ; contoh : cyclofem
b.    Suntikan /2 bulan : Noristerat
c.    Suntikan/3 bulan ; contoh : Depo provera, Depogeston (Harnawati, 2008).

Cara kerja KB suntik
a.    Menghalangi ovulasi (masa subur)
b.    Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental
c.    Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada rahim
d.    Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma
e.    Mengubah kecepatan transportasi sel telur.

Efek Samping
1.    Siklus haid kacau
2.    Perdarahan bercak (spotting), yang dapat berlangsung cukup lama.
3.    Jarang terjadi perdarahan yang banyak.
4.    Sering menjadi penyebab bertambahnya Berat Badan.
5.    Bisa menyebabkan (tidak pada semua akseptor) terjadinya sakit kepala, nyeri pada payudara, "moodiness", timbul jerawat dan berkurangnya libido seksual.
KEUNTUNGAN KB SUNTIK    KERUGIAN KB SUNTIK
a.    Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang dan kesuburan dapat pulih kembali
b.    Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (tidak seperti memakai PIL KB)
c.    Tidak mengganggu hubungan suami istri
d.    Dapat dipakai segala umur pada masa reproduktif
e.    Tidak mengganggu laktasi (menyusui), baik dari segi kuantitas maupun kualitas
f.    Dapat dipakai segera setelah masa nifas
g.    Meningkatkan kenyamanan hubungan suami-istri karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
h.    Dapat dipakai segera setelah keguguran
i.    Membantu mencegah terjadinya kehamilan di luar kandungan    a.    Perubahan pola haid biasanya pada tahun pertama pemakaian
b.    Perdarahan bercak, dapat lama
c.    Jarang terjadi perdarahan yang banyak
d.    Tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang)
e.    Menaikkan Berat Badan
f.    Dapat menyebabkan (tidak pada semua akseptor) sakit kepala, nyeri payudara, "moodiness" (perubahan mood/perasaan), jerawat, kurangnya libido seksual, rambut rontok.


Contoh obat injeksi beserta dosisnya
1.    Depo Provera ( 3 ml/150 mg atau 1 ml/150 mg) diberikan setiap 3 bulan (12 minggu )
2.    Noristeran ( 200 mg ) diberikan setiap 2 bulan ( 8 minggu )
3.    Cyclofem 25 mg Medroksi Progesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Sipionat diberikan setiap bulan.

3.    Implant
Pengertian Implant
Alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah dalam berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih pendek dan pada batang korek api dan dalam setiap batang mengandung hormon levonorgestrel yang dapat mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006).
Jenis Implant
Jenis-jenis implant menurut Saifuddin (2006) adalah sebagai berikut :
1.    Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm, yang berisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2.    Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang berisi dengan 68 mg 3 ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3.    Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Mekanisme Kerja
Cara kerja implant yang setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mg levonorgestrel yang dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mg. Konsep mekanisme kerjanya menurut Manuaba (1998) adalah :
1.    Dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi.
2.    Mengentalkan lendir serviks dan menghalangi migrasi spermatozoa.
3.    Menipiskan endometrium sehingga tidak siap menjadi tempat nidasi.
Efektifitas Implant
Menurut Hartanto, (2002) efektifitas implant adalah :
1.    Angka kegagalan norplant kurang 1 per 100 wanita pertahun dalam lima tahun pertama. Ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD dan metode barier.
2.    Efektifitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun dan pada tahun ke 6 kira-kira 2,5-3 % akseptor menjadi hamil.
3.    Norplant -2 sama efektifnya seperti norplant juga akan efektif untuk 5 tahun, tetapi ternyata setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-6 %. Penyebabnya belum jelas, disangka terjadi penurunan dalam pelepasan hormonnya.
Indikasi
Pemasangan implant menurut Saifuddin (2006) dapat dilakukan pada :
1.    Perempuan yang telah memilih anak ataupun yang belum.
2.    Perempuan pada usia reproduksi (20 – 30 tahun).
3.    Perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
4.    Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
5.    Perempuan pasca persalinan.
6.    Perempuan pasca keguguran.
7.    Perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, menolak sterilisasi.
8.    Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.
9.    Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.
Kontraindikasi
Menurut Saifuddin (2006) menjelaskan bahwa kontra indikasi implant adalah sebagai berikut :
1.    Perempuan hamil atau diduga hamil.
2.    Perempuan dengan perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyababnya.
3.    Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
4.    Perempuan dengan mioma uterus dan kanker payudara.
5.    Perempuan dengan benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
Keuntungan
Keuntungan dari implant menurut Saifuddin (2006) adalah :
1.    Keuntungan kontrasepsi yaitu :
•    Daya guna tinggi
•    Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
•    Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.
•    Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
•    Bebas dari pengaruh estrogen.
•    Tidak mengganggu kegiatan senggama.
•    Tidak mengganggu ASI.
•    Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
•    Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
2.    Keuntungan non kontrasepsi yaitu :
•    Mengurangi nyeri haid.
•    Mengurangi jumlah darah haid
•    Mengurangi/memperbaiki anemia.
•    Melindungi terjadinya kanker endometrium.
•    Menurunkan angka kejadian kelainan anak payudara.
•    Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang pangul.
•    Menurunkan angka kejadian endometriosis.
Kerugian
Hartanto, (2002) mengemukakan bahwa kerugian implant adalah:
1.    Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga terlatih.
2.    Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan pengangkatan implant.
3.    Lebih mahal.
4.    Sering timbul perubahan pola haid.
5.    Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.
6.    Beberapa wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena kurang mengenalnya.
7.    Implant kadang-kadang dapat terlihat orang lain.




4.    IUD

Pengertian
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang. Nama populernya adalah spiral.
Jenis-jenis IUD di Indonesia
1.    Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru.
IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.
2.    Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
3.    Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
4.    Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan dalam program KB masional adalah IUD jenis ini.
Cara Kerja
1.    Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2.    Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3.    IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
Efektifitas
IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.
Indikasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Yang boleh menggunakan IUD adalah:
1.    Usia reproduktif
2.    Keadaan nulipara
3.    Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4.    Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5.    Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6.    Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7.    Risiko rendah dari IMS
8.    Tidak menghendaki metoda hormonal
9.    Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
10.    Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
11.    Perokok
12.    Gemuk ataupun kurus
Kontraindikasi
Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah
1.    Belum pernah melahirkan
2.    Adanya perkiraan hamil
3.    Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
4.    Perdarahan vagina yang tidak diketahui
5.    Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
6.    Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic
7.    Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum uteri
8.    Penyakit trofoblas yang ganas
9.    Diketahui menderita TBC pelvic
10.    Kanker alat genital
11.    Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
Keuntungan
Menurut Dr David Grimes dari Family Health International di Chapel Hill, Carolina Utara, seperti dikutip News yahoo, dokter sering kali melupakan manfaat IUD dalam pengobatan endometriosis.
Laporan tersebut diungkapkan dalam pertemuan di The American College of Obstetricians and Gynecologist, New Orleans. David mengatakan, IUD mampu mengurangi risiko kanker endometrium hingga 40 persen. Perlindungan terhadap kanker ini setara dengan menggunakan alat kontrasepsi secara oral.
1.    Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang AMPUH, paling tidak 10 tahun
2.    IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
3.    Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
4.    Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
5.    Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
6.    Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui – tidak mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
7.    Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
8.    Dapat digunakan sampai menopause
9.    Tidak ada interaksi dengan obat-obat
10.    Membantu mencegah kehamilan ektopik
11.    Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur
Kerugian
Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian perut dan pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini bisa berjalan selama 3 bulan setelah pemasangan. Tapi tidak perlu dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu keluhan akan hilang dengan sendrinya. Tetapi apabila setelah 3 bulan keluhan masih berlanjut, dianjurkan untuk memeriksanya ke dokter. Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu tegang, karena ini juga bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan harus segera ke klinik jika:
1.    Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda kehamilan: mual, pusing, muntah-muntah.
2.    Terjadi pendarahan yang lebih banyak (lebih hebat) dari haid biasa.
3.    Terdapat tanda-tanda infeksi, semisal keputihan, suhu badan meningkat, mengigil, dan lain sebagainya. Pendeknya jika ibu merasa tidak sehat.
4.    Sakit, misalnya diperut, pada saat melakukan senggama. Segeralah pergi kedokter jika anda menemukan gejala-gejala diatas.
Efek Samping dan Komplikasi
Efek samping umum terjadi:
Perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit.
Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).
1.    Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
2.    Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
3.    Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas
4.    Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD
5.    Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari
6.    Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas
7.    Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
8.    Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan normal
9.    Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.

Waktu Pemasangan
Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
1.    2 sampai 4 hari setelah melahirkan
2.    40 hari setelah melahirkan
3.    Setelah terjadinya keguguran
4.    Hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid
5.    Menggantika metode KB lainnya

Waktu Pemakai Memeriksakan Diri
1.    1 bulan pasca pemasangan
2.    3 bulan kemudian
3.    Setiap 6 bulan berikutnya
4.    Bila terlambat haid 1 minggu
5.    Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya
Keluhan-keluhan pemakai IUD
Keluhan yang dijumpai pada penggunaan IUD adalah terjadinya sedikit perdarahan, bisa juga disertai dengan mules yang biasanya hanya berlangsung tiga hari. Tetapi, jika perdarahan berlangsung terus-menerus dalam jumlah banyak, pemakaian IUD harus dihentikan. Pengaruh lainnya terjadi pada perangai haid. Misalnya, pada permulaan haid darah yang keluar jumlahnya lebih sedikit daripada biasa, kemudian secara mendadak jumlahnya menjadi banyak selama 1-2 hari. Selanjutnya kembali sedikit selama beberapa hari. Kemungkinan lain yang terjadi adalah kejang rahim (uterine cramp), serta rasa tidak enak pada perut bagian bawah. Hal ini karena terjadi kontraksi rahim sebagai reaksi terhadap IUD yang merupakan benda asing dalam rahim. Dengan pemberian obat analgetik keluhan ini akan segera teratasi. Selain hal di atas, keputihan dan infeksi juga dapat timbul selama pemakaian IUD.

G.    Kontrasepsi Permanen
1.    Tubektomi
Sterilisasi adalah metode kontrasepsi  permanen yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan). Disebut permanen karena metode kontrasepsi ini hampir tidak dapat dibatalkan (reversal) bila kemudian Anda ingin punya anak. Pembatalan masih mungkin dilakukan, tetapi membutuhkan operasi besar dan tidak selalu berhasil.
Para ahli kebidanan banyak merekomendasikan sterilisasi pada wanita yang berisiko tinggi untuk hamil dan melahirkan lagi, misalnya karena beriwayat memiliki komplikasi kehamilan dan melahirkan. Namun, tidak pada mereka yang belum berusia 35 tahun. Pengalaman menunjukkan banyak perempuan yang disterilkan lalu menyesali keputusannya.
Cara Sterilisasi
Tuba falopi adalah saluran sepanjang sekitar 10 cm yang menghubungkan ovarium dengan uterus. Pada saat ovulasi, sel telur dikeluarkan dari ovarium dan bergerak menuju uterus. Bila ada sperma di tuba falopi, ovum akan terbuahi dan menjadi embrio yang kemudian melekat di uterus.
Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi yang menghubungkan ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau dibakar (kauter). Metode lain yang tidak melakukan pemotongan adalah dengan mengikat atau menjepit saluran tuba falopi (tubal ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat terjangkau sperma. Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum atau lokal (spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.
Sterilisasi dapat dilakukan kapan saja, termasuk setelah persalinan atau bersamaan dengan prosedur pembedahan perut yang lain, seperti operasi Caesar.
Efektivitas sterilisasi

Indeks efektivitas sterilisasi (disebut indeks mutiara) adalah 0.5 – 1. Nilai ini menunjukkan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan pada 100 wanita yang menggunakan metode kontrasepsi itu selama setahun. Artinya, hanya ada satu kehamilan yang tidak diinginkan per 1000-2000 wanita yang telah disterilisasi. Pada kasus yang sangat jarang terjadi itu, tuba falopi wanita kembali menyambung setelah dipotong atau ditutup.
Potensi komplikasi

Risiko sterilisasi, seperti halnya operasi lainnya, terutama berkaitan dengan anestesi. Ahli bedah juga dapat tanpa sengaja merusak ligamen peritoneal selama operasi. Jika ligamen peritoneal rusak, produksi hormon pada ovarium menurun dan menopause bisa dimulai dini. Potensi komplikasi lainnya (sangat jarang) adalah kehamilan ektopik dan gangguan menstruasi.

Hormon, gairah seks dan siklus haid seharusnya tidak berubah setelah sterilisasi. Beberapa wanita dan pasangannya bahkan lebih bergairah secara seksual, karena mereka tidak lagi takut dengan kehamilan yang tidak direncanakan.
Yang boleh ber-KB tubektomi
Siapa saja yang boleh tubektomi? Berikut adalah syarat-syaratnya:
1.    Perempuan usia diatas 26 tahun
2.    Memiliki keturunan lebih dari dua
3.    Sudah memiliki keinginan dan keyakinan untuk tidak menambah anak lagi
4.    Perempuan yang jika hamil, akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius dan membahayakan.
5.    Memahami prosedur dan tindakan tubektomi, serta sukarela setuju dengan prosedur tubektomi.
Yang tidak boleh ber-KB tubektomi
1.    Perempuan yang sedang hamil atau terdeteksi hamil
2.    Terjadi perdarahan vaginal yang belum jelas penyebabnya. Harus ada pemeriksaan jika terjadi hal ini.
3.    Terjadi infeksi daerah pelvik ataupun di daerah rahim yang akut, hingga disembuhkan terlebih dahulu.
4.    Perempuan yang tidak boleh menjalani proses pembedahan
5.    Belum memiliki keyakinan yang pasti tentang keinginannya melaksanakan tubektomi
6.    Tidak memiliki izin dari suami, serta
7.    Belum memberikan persetujuan tertulis.
Manfaat dan keterbatasan tubektomi

Sebelum anda mengambil keputusan tentang tubektomi, sebaiknya anda mengetahui terlebih dahulu apa manfaat dan bagaimana keterbatasan dari tubektomi ini. berikut adalah manfaat dan keterbatasan tubektomi.

Manfaat:
1.    Sangat efektif, karena merupakan metode kontrasepsi permanen.
2.    Tidak mempengaruhi proses pemberian ASI
3.    Tidak bergantung pada faktor senggama
4.    Akan lebih bermanfaat bagi anda yang memiliki riwayat kehamilan beresiko karena akan terhindar dari keadaan tersebut
5.    Dilakukan dengan pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local
6.    Tidak ada efek samping dalam jangka panjang, serta
7.    Tidak mempengaruhi keadaan fungsi seksual karena tidak ada efek pada produksi hormone ovarium.

Bahkan menurut buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi terbitan BKKBN Jawa Barat, kontrasepsi tubektomi ini dapat mengurangi resiko terkena kanker ovarium (kanker rahim).
Keterbatasan:
1.    Metode ini merupakan metode kontrasepsi permanen yang tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi
2.    Anda mungkin akan menyesal di kemudian hari karena memilih metode ini. Ini bisa terjadi jika anda belum memiliki keyakinan yang benar-benar mantap memilih metode ini.
3.    Akan mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan jangka pendek setelah dilakukan pembedahan
4.    Risiko komplikasi dapat meningkat jika dilakukan anestesi umum
5.    Dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah jika yang dilakukan adalah proses laparoskopi
6.    Tidak dapat melindungi anda dari infeksi menular seksual, termasuk HIV/AIDS.
2.    Vasektomi

Vasektomi adalah kontrasepsi bedah untuk pria dengan cara memutus saluran spermanya. Operasi vasektomi menghambat saluran spermatozoa (vas deferens) yang membawa sperma keluar. Operasi ini biasanya dilakukan di klinik atau rumah sakit dengan melibatkan pemotongan dan mengikat mati (cauterizing) saluran sperma.
Keuntungan
1.    Vasektomi adalah operasi kecil yang aman, sangat efektif dan bersifat permanen.
2.    Baik dilakukan pada laki-laki yang memang sudah tidak ingin memiliki anak.
3.    Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi dibandingkan dengan sterilisasi tuba.
4.    Pria memiliki kesempatan untuk gantian KB dengan istrinya.
5.    Tidak mempengaruhi kemampuan seorang pria dalam menikmati hubungan seksual.
Kerugian
1.    Beberapa laki-laki takut vasektomi ini akan mempengaruhi kemampuannya berhubungan intim atau menyebabkan gangguan ereksi.
2.    Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyaman beberapa hari setelah operasi, rasa sakit ini biasanya bisa hilang dengan konsumsi obat ringan.
3.    Seringkali harus melakukan kompres dengan es selama 4 jam untuk mengurangi pembengkakan, pendarahan dan rasa tak nyaman serta harus memakai celana yang dapat mendukung skrotum selama 2 hari.
4.    Operasi tidak efektif dengan segera. Pasien diharuskan memakai kondom terlebih dahulu untuk membersihkan tabung dari sisa sperma yang ada. Untuk mengetahui sudah steril atau belum, biasanya dilakukan pemeriksaan mikroskop setelah 20-30 kali ejakulasi.
5.    Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi seksual menular termasuk HIV.
6.    Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika laki-laki masih berusia di bawah 25 tahun, terjadi perceraian atau ada anaknya yang meninggal.
7.    Dibutuhkan waktu 1-3 tahun untuk benar-benar memastikan apakah vasektomi bisa bekerja efektif 100 persen atau tidak.


DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2185080-pengertian-dan-tujuan-keluarga-berencana/#ixzz1iIrlR7et
http://www.lusa.web.id/metode-kalender-atau-pantang-berkala-calendar-method-or-periodic-abstinence/
http://www.lusa.web.id/coitus-interuptus/
http://tentangkb.wordpress.com/2011/10/18/tentang-tubektomi-2/

1 komentar: